Dalam percakapan sehari – hari
psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya terutama secara teknis
tidak selalu menunjukkan pengertian yang sama atau seragam. Hal ini bisa jadi
menimbulkan masalah ketika kita menggunakan untuk keperluan yang lebih spesifik
daripada sekedar berwacana saja. Istilah – istilah lain dari psikologi abnormal
atau sering juga disebut perilaku abnormal atau abnormal behaviour adalah perilaku maladaptive kemudian ada yang menyebutnya mental disorder, psikopatology, emotional discomfort, mental illness atau
gangguan mental.
Psikologi abnormal mencakup sudut
pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi tentang
gangguan mental ( psikologis ). Studi gangguan mental umumnya diasosiasikan
dengan perspektif model medis (medical
model) yang menganggap bahwa perilaku abnormal merupakan simtom dari
penyakit atau gangguan yang mendasarinya.
Untuk memahami perilaku abnormal
psikolog menggunakan acuan DSM (Diagnostic
and Statistical manual of mental disorder) DSM adalah system klasifikasi
gangguan – gangguan mental yang paling luas di terima. DSM menggunakan criteria diagnostic specific untuk
mengelompokkan pola – pola perilaku abnormal yang mempunyai ciri – ciri klinis
yang sama dan suatu sistem evaluasi yang multiaksial. Sistem aksial terdiri dari 5 klasifikasi.
Penilaian perilaku abnormal dapat di telaah menggunakan berbagai cara ( metode
) salah satunya metode – metode assestment
yang harus reliabel dan valid yang dapat diukur melalui beberapa cara yang
tetap memperhitungkan faktor – faktor budaya dan etnik yang juga penting untuk
dilakukan.
II. DEFINISI
Psikologi Abnormal ( Abnormal Psychology ) merupakan salah satu cabang psikologi
yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang –
orang yang mengalaminya. Dari waktu ke waktu sebagian dari kita merasa cemas
ketika menghadapi interview kerja yang penting atau ujian akhir . Lalu
bagaimana kita di anggap melanggar batas antara perilaku abnormal dengan normal
?
Satu jawabannya adalah kondisi
emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal bila tidak
sesuai dengan situasinya. Hal yang normal bila kita tertekan dalam tes tetapi menjadi
tidak normal ketika rasa cemas itu muncul ketika sedang memasuki department store atau menaiki lift.
Perilaku abnormal juga diindikasikan melalui besarnya / tingkat keseriusan
problem. Walaupun bentuk kecemasan sebelum interview kerja dianggap cukup
normal namun merasa seakan – akan jantung akan copot yang mengakibatkan
batalnya interview adalah tidak normal.
III. PENGELOMPOKAN
DEFINISI ABNORMAL
1. Pendekatan statistik
Di atas / di bawah normal di sebut
“anormal” bukan abnormal. Istilah ini sering dipakai pada aliran behaviourisme
dan kuantitatif
2. Pendekatan Fungsional
Fungsi – fungsi kepribadian yang ada
pada orang yang bersangkutan berada pada taraf yang optimal / tidak
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan yang melihat abnormalitas
dari sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat tertentu
IV. KRITERIA
YANG MENENTUKAN ABNORMALITAS
1. Perilaku
yang tidak biasa
Perilaku yang tidak biasa disebut
abnormal . Hanya sedikit dari kita yang menyatakan melihat atau mendengar
sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itu hamper dikatakan abnormal
dalam budaya kita.
2. Perilaku yang tidak dapat diterima secara social atau
melanggar norma sosial.
Setiap masyarakat memiliki norma –
norma / standar yang menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam
beragam konteks tertentu. Perilaku yang dianggap normal dalam satu budaya
mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain. Satu implikasi dari mendasarkan
definisi dari perilaku abnormal pada norma social adalah bahwa norma – norma
tersebut merefleksikan standar yang relative bukan kebenaran universal.
3. Persepsi
atau tingkah laku yang salah terhadap realitas
Biasanya sistem sensori dan proses kognitif
memungkinkan kita untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang
lingkungan sekitar.
4. Orang –
orang tersebut berada dalam stress personal yang signifikan
Kondisi stress personal yang
diakibatkan oleh gangguan emosi seperti kecemasan, ketakutan atau depresi.
Namun terkadang kecemasan dan depresi merupakan respon yang sesuai dengan
situasi tertentu.
5. Perilaku
maladaptive
Perilaku yang menimbulkan
ketidakbahagiaan dan membatasi kemampuan kita untuk berfungsi dalam peran yang
diharapkan.
6. Perilaku
Berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau
orang lain.
V. FAKTOR
– FAKTOR PENENTU ABNORMALITAS
Sebab – sebab perilaku Abnormal
dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya berdasarkan tahap berfungsinya dan
menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan tersebut disajikan sebagai
berikut :
A. MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku
abnormal dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang
tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang
menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang
disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang
secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa
infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka
jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi
tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih
rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang
yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik
3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap
kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya
seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat
ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang
menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan
atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya
perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat
menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda
kesembuhannya.
5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan
perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor
penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan
saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab
sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk
mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya
senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak
memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena
suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab
mana akibat.
B. MENURUT SUMBER ASALNYA
Berdasarkan sumber asalnya, sebab –
sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu :
1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis
atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi
dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb.
Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya
tahan terhadap stress.
2. Faktor – faktor psikososial
a. Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman
yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan
luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang
dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa
dewasa.
b. Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka
rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan
intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya :1. Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan
di panti
asuhan, 2. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama
orang tua di rumah.
c. Hubungan orang tua – anak yang
patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan
yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang
berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
d. Struktur keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan
corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga
tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul
pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga
yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.
Kehidupan keluarga karena berbagai
macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .
2) Keluarga yang antisosial
Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan
masyarakat luas
3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah
4) Keluarga yang tidak utuh
Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab
lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
e. Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis.
Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya
harga diri
2) Konflik nilai
3) Tekanan kehidupan modern
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam
masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan
tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan
seperti :
a. Suasana perang dan suasana kehidupan
yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang
berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan
harus membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan
diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras,
suku dll
C. DEFINISI
NORMALITAS PSIKOLOGI
Definisi normalitas psikologis
seseorang adalah
fungsi mental yang akurat dan efisien, meliputi :
- Kognisi
- Motivasi
- Perilaku
- Emosi.
- Self Awareness
- Self Control
- Self Esteem
- Hubungan Sosial Berdasarkan Afeksi
- Produktivitas dan kreativitas
D. METODE
PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI ABNORMAL
Psikologi Abnormal adalah cabang
disiplin ilmu psikologi . Oleh sebab itu penelitiannya di lapangan selalu
didasarkan pada penerapan metode ilmiah (scienthific
method ).
Metode Penelitian yang dipakai dalam
meneliti perilaku abnormal adalah :
1. Metode Observasi Naturalistik
Digunakan untuk mengobservasi perilaku di suatu tempat ,
dimana perilaku itu terjadi.
2. Metode Korelasional
Merupakan pengukuran statistik atas hubungan antara 2 faktor atau
variable. Pada studi observasi naturalistic yang dilakukan di restoran cepat
saji perilaku makan dihubungkan, dikorelasikan dengan brat badan para
pelanggan.
3. Model Eksperimental
Prediksi didasarkan pada korelasi
antara peristiwa – peristiwa atau faktor – faktor yang terpisahkan oleh waktu.
Metode ini memungkinkan para ilmuwan untuk mendemonstrasikan hubungan kausal,
pertama – tama dengan memanipulasi faktor kausal dan kemudian mengukur
akibatnya dibawah kondisi terkontrol yang dapat meminimalkan risiko dari faktor
lainnya yang menjelaskan akibat tersebut.
4. Metode Epidemiologik
Mempelajari tingkat perilaku
abnormal dalam berbagai seting atau kelompok populasi. Studi epidemiologic
dapat menunjukkan faktor penyebab potensial dari munculnya penyakt dan gangguan
meskipun kekuatan eksperimennya rendah. Dengan mengetahui bahwa suatu penyakit
atau gangguan dapat digolongkan pada kelompok atau lokasi tertentu, peneliti
akan dapat mengidentifikasi karakteristik yang berbeda yang menempatkan
kelompok atau daerah ini pada risiko yang lebih tinggi.
5. Metode Studi Kasus
Studi kasus mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan
teori dan penanganan perilaku abnormal. Freud mengembangkan teorinya pertama
kali dengan studi kasus seperti kasus mengenai Anna O.
E. PERSPEKTIF
PSIKOLOGIS TENTANG PERILAKU ABNORMAL
1. Model Psikodinamika
Disebut teori psikoanalisis ( psychoanalyic theory )
Dikemukakan oleh Sigmund Freud
Hipotesis Strukturalnya adalah keyakinan bahwa kekuatan –
kekuatan yang saling bertentangan dalam kepribadian dapat dibagi menjadi 3 (
tiga ) struktur yaitu id, ego dan superego.
Kesehatan mental adalah fungsi dari keseimbangan dinamis
antara struktur – struktur psikis dari id, ego dan superego.
2. Model – Model Belajar
Dikenal dengan teori behaviourisme. Dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan John
B. Watson. Berfokus
pada refleks yang dikondisikan peran dari belajar dalam menjelaskan perilaku
normal maupun abnormal. Dari perspektif belajar perilaku abnormal mencerminkan
perolehan atau pembelajaran
dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif.
3. Teori Kogniti – Sosial
Kontribusi teoritikus seperti Albert
Bandura, Julian B Rotter dan Walter Mischel. Menekankan peran – peran dari proses
berpikir atau kognisi dari belajar melalui pengamatan atau modeling dari
perilaku manusia. Manusia memberi pengaruh pada lingkungannya sebagaimana
lingkungan memberi pengaruh kepada mereka. Memperluas lingkup dari
behaviourisme tradisional. Terlalu sedikit memberi penekanan pada kontribusi genetik terhadap perilaku gagal.
4. Model Model Humanistik
Dikemukakan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow. Dalam diri terdapat dorongan untuk self actualization, untuk menjadi apapun
yang mampu kita raih. Manusia sebagai actor dalam drama kehidupan bukan reactor. Keyakinan utamanya adalah bahwa
perilaku abnormal adalah hasil dari perkembangan konsep tentang self terganggu.
5. Model – model Kognitif
Model kognitif yang paling menonjol
dalam pola perilaku abnormal adalah pendekatan pemrosesan informasi dan model –
model yang dikembangkan oleh Psikolog Albert Ellis dan Psikiater Aaron Beck.
Distress emosional disebabkan oleh
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang tentang pengalaman hidup mereka bukan
apa yang dialami sendiri oleh mereka
6. Model Diatesis Stress
Diatesis adalah suatu kerentanan
atau predisposisi terhadap gangguan tertentu. Mengemukakan bahwa masalah – masalah
perilaku abnormal meliputi interaksi antara kerentanan dan peristiwa atau
pengalaman kehidupan yang penuh stress.
F. PENGGOLONGAN
DAN ASSESMENT PERILAKU ABNORMAL
Penggunaan menggunakan metode DSM (Diagnostic and Statistical Manual Of Mental
Disorders). Perlaku
abnormal diperlakukan sebagai tanda – tanda atau simtom – simtom dari patologi
yang mendasari yang disebut dengan ganggan mental.
1. GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY )
Adalah suatu keadaan aprehensi atau
keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Tipe - Tipe Gangguan Kecemasan :
- Agorafobia
- Gangguan panic tanpa agoraphobia
- Gangguan panic dengan agoraphobia
- Gangguan kecemasan menyeluruh
- Fobia Spesifik
- Fobia Sosial
- Gangguan Obsesif Kompulsif
- Gangguan Stress pasca Trauma
- Gangguan Stress Akut
2. GANGGUAN MOOD
Mood adalah kondisi keadaan yang terus
ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Orang dengan gangguan mood akan mengalami gangguan mood yang luar biasa parah atau
berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi
tanggungjawab secara normal.
Tipe – Tipe Gangguan Mood
a. Gangguan Depresi Mayor
b. Gangguan Distimik
c. Gangguan Bipolar
d. Gangguan Siklotimik
3. Gangguan Kepribadian
Adalah Pola Perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain
yang benar – benar kaku. Kekakuan mereka menghalangi untuk menyesuaikan diri
dengan ketentuan eksternal.
Tipe – Tipe Gangguan Kepribadian
a. Gangguan kepribadian yang ditandai
dengan perilaku aneh.
b. Gangguan kepribadian paranoid.
c. Gangguan kepribadian schizoid.
d. Gangguan kepribadian antisocial
e. Gangguan kepribadian ambang.
f. Gangguan kepribadian histronik.
g. Gangguan kepribadian Narsistik.
h. Gangguan kepribadian obsesif
kompulsif.
4. Penyalahgunaan dan Ketergantungan
Zat
Penyalahgunaan zat melibatkan pola
penggunaan berulang yang menghasilkan konsekwensi yang merusak. Penyalahgunaan zat dapat berlangsung
untuk periode waktu yang panjang dan meningkat menjadi ketergantungan zat.
5. Gangguan Makan
a. Anoreksia Nervosa dan Bulimia
Nervosa
b. Gangguan makan berlebihan atau
obesitas
6. Gangguan Identitas Gender
Adalah bagaimana seseorang merasa
bahwa ia adalah seorang pria atau wanita. Identitas gender secara normal
didasarkan pada anatomi gender. Namun pada gangguan identitas gender terjadi
konflik antara anatomi gender seseorang dengan odentitas gendernya
7. Skizofrenia
Adalah gangguan psikologis yang
berhubungan dengan gila atau sakit mental. Hal ini sering menimbulkan rasa
takut. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus hubungan yang erat
antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi yang terganggu,
ide yang salah dan konsepsi yang tidak logis. Skizofrenia biasanya berkembang pada
masa remaja akhir atau dewasa awal tepat pada saat orang mulai keluar dari
keluarga menuju dunia luar. Orang yang mengidap skizofrenia semakin lama semakin
terlepas dari masyarakat.
8. Gangguan Abnormal Pada Anak dan
Remaja
- Gangguan Perkembangan Pervasif
Menunjukkan gangguan fungsi dari
berbagai area perkembangan. Gangguan ini menjadi tampak nyata pada tahun –
tahun pertama kehidupan.
- Autisme
- ADHD
- Retardasi Mental
- Gangguan Belajar
- Gangguan komunikasi
- Gangguan Eliminasi
G. METODE
– METODE PENANGANAN
1. Terapi Psikodinamika
Sigmund Freud mengembangkan model
psikoterapi yang disebut psikoanalisis. Terapi psikodinamika membantu individu untuk
memperoleh insight mengenai, mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya
merupakan akar dari perilaku abnormal.
2. Terapi Humanistik
Berfokus pada pengalaman klien yang
subyektif dan disadari. Bentuk utama dari terapi Humanistik adalah terapi
berpusat pada individu ( Person Centered
Therapy ) yang dikembangkan oleh Carl Rogers
3. Terapi Kognitif
Diantaranya adalah terapi Rasional
Emotif.
DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A., 2010. Psikologi Dasar, Jakarta : Salemba Humanika
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT.
Gramedia
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora
Aksara Pratama
TRIMS, BERMANFAAT
BalasHapus